Dalam kehidupan yang kita jalani konflik akan selalu ada,
dikarenakan selalu ada perubahan. Konflik bisa timbul pada diri sendiri dan
dalam hubungan dengan orang lain atau lingkungan. Konflik bisa muncul kapan
saja baik di rumah tangga atau di dalam pekerjaan. Dalam pelatihan tentang
manajemen konflik diharapkan kita dapat memahami apa itu manajemen konflik dan pentingnya
mengetahui faktor penyebab konflik dan
cara pemecahannya serta bisa mengambil manfaat dengan adanya konflik.
Manfaat yang bisa diambil yaitu pendewasaan diri, menambah pengalaman,
mendorong untuk mencari solusi atau inovasi untuk perbaikan serta pembelajaran
untuk tindakan pencegahan ke depannya.
Manajemen
konflik, bahwa yang terpenting bukanlah terjadi atau tidaknya konflik, tapi
bagaiman bagaimana
konflik tersebut dihadapi dan dikelola untuk dapat diselesaikan. Untuk itu
diperlukan pendekatan
kooperatif sangat membantu penyelesaian harapan bersama, termasuk dalam
penyelesaian konflik atau masalah bersama.
Definisi
konflik menurut etimologi adalah kata
kerja Latin ”Configere” yang berarti saling memukul. Menurut
sosiologis konflik adalah suatu
proses sosial sedikitnya antara dua orang atau kelompok, dimana salah satu
pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya
tidak berdaya. Dan menurut psikologis, konflik adalah mekanisme psikologis dasar yang
berpusat di sekitar tujuan-tujuan yang saling bertentangan. Dalam kehidupan
sehari-hari, konflik merupakan situasi yang terjadi ketika ada perbedaan pendapat, perbedaan
persepsi, perbedaan cara mencapai tujuan, perbedaan kepentingan di antara
beberapa orang, kelompok atau organisasi. Upaya meredam emosi negatif dengan sikap berani,
menerima, mencintai dan damai.
Pendekatan
Konflik ada 3 (tiga) pandangan yaitu 1. Pandangan
Tradisional pada era 1930 – 1940 bahwa konflik itu negatif dan harus
dihindari karena mengakibatkan kekerasan, destruktif dan ketidakrasionalan yang
diakibatkan oleh hasil
dari disfungsional komunikasi yang buruk, sikap kurang terbuka, sikap kurang percaya,
kurang tanggap terhadap kebutuhan dan
aspirasi orang lain; 2. Pandangan
hubungan antar manusia pada era 1940 – 1970 bahwa
semua konflik merupakan hal yang
wajar dan tidak terelakkan dalam setiap kelompok namun konflik dapat bermanfaat bagi kinerja kelompok; 3. Pandangan interaksionis bahwa semua konflik adalah baik dan konflik tidak hanya suatu
kekuatan positif dalam suatu kelompok, melainkan juga mutlak perlu untuk suatu
kelompok agar dapat menampilkan kinerja efektif. Kelompok yang kooperatif, tenang,
damai dan serasi cenderung menjadi statis – apatis, dan tidak tanggap terhadap
kebutuhan akan perubahan dan
inovasi. “Untuk merubah orang lain, maka wajib melakukan perubahan diri sendiri
sehingga persepsi bisa dihilangkan”.
Aspek positif dalam konflik adalah membantu setiap
orang untuk saling memahami tentang perbedaan pekerjaan dan tanggung jawab
mereka, memberikan saluran baru untuk komunikasi, menumbuhkan
semangat baru pada staf, memberikan kesempatan untuk menyalurkan emosi, serta menghasilkan
distribusi sumber tenaga yang lebih merata dalam organisasi. Penyebab
terjadinya konflik yaitu batasan
pekerjaan yang tidak jelas, hambatan
komunikasi, tekanan
waktu, perbedaan kepentingan/pendapat, pertikaian antar pribadi, perbedaan status dan Kesenjangan
harapan dengan kenyataan. Untuk mencegah konflik, maka setiap insan harus
disiplin, berkomunikasi dengan baik dan efektif serta mendengarkan secara
aktif. Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam mengelola konflik yaitu konflik itu sendiri, karakteristik
orang-orang yang terlibat di dalamnya, keahlian
individu yang terlibat dalam penyelesaian konflik, pentingnya isu yang menimbulkan konflik
dan
ketersediaan
waktu dan tenaga.
Jenis konflik ada 2 (dua) yaitu konflik fungsional dan
konflik disfungsional. Konflik
fungsional merupakan konflik
yang berdampak positif bagi kinerja kelompok dan mendorong pencapaian sasaran
kelompok. Artinya
konflik ini justru mampu memicu kedua belah pihak untuk saling memperbaiki
diri, dan pada gilirannya mampu meningkatkan kinerjanya. Konflik Disfungsional merupakan konflik yang berdampak
negatif bagi kinerja kelompok. Konflik ini mengarah pada pertarungan yang
destruktif, dimana masing-masing pihak mencoba dengan segala cara mengalahkan
pihak lainnya. Yang akhirnya terjadi, konflik ini tidak menghasilkan
penyelesaian yang memuaskan, dan justru membuang-buang waktu, energi dan biaya
bagi kedua belah pihak. Akibat konflik fungsional yaitu meningkatkan kekompakan, memunculkan kepemimpinan otokratis, fokus pada aktivitas, menekankan loyalitas, kreativitas anggota meningkat dan belajar
menghadapi terjadinya perubahan. Akibat konflik
disfungsional yaitu distorsi
persepsi, stereotip (persepsi) yang negative dan penurunan komunikasi. Kunci
menghadapi konflik adalah sabar, memahami orang lain dan bicara fakta.
Dimensi
Konflik Vs Maksud Penanganan
Bersaing adalah suatu hasrat untuk
memuaskan kepentingan seseorang, tidak peduli dampaknya terhadap pihak lain
pada konflik itu (Win – Lose Orientation). Penggunaan metode ini jika yakin memiliki lebih banyak
informasi dan keahlian yang lebih dibanding yang lainnya atau ketika tidak
ingin mengkompromikan nilai-nilai anda.
Metode ini mungkin bisa memicu konflik yang baru. Berkolaborasi adalah suatu situasi dimana
pihak-pihak pada suatu konflik masing-masing sangat berkeinginan untuk
memuaskan sepenuhnya kepentingan dari semua pihak. Pemecahan sama-sama menang
dimana individu yang terlibat mempunyai tujuan kerja yang sama. Perlu adanya satu komitmen
dari semua pihak yang terlibat untuk saling mendukung dan saling memperhatikan satu sama lainnya. Menghindar adalah hasrat untuk menarik diri
dari situasi konflik atau menekan suatu konflik, atau mengacuhkan kelompok
lain. Menghindari
konflik dapat dilakukan jika isu atau masalah yang memicu konflik tidak terlalu
penting atau jika potensi konfrontasinya tidak seimbang dengan akibat yang akan
ditimbulkannya. Penghindaran merupakan strategi yang memungkinkan
pihak-pihak yang berkonfrontasi untuk menenangkan diri. Manajer perawat yang
terlibat didalam konflik dapat menepiskan isu dengan mengatakan “Biarlah kedua
pihak mengambil waktu untuk memikirkan hal ini dan menentukan tanggal untuk
melakukan diskusi”. Mengakomodasi adalah Kesediaan dari satu pihak
dalam suatu konflik untuk menaruh kepentingan lawannya di atas kepentingan
sendiri (Taktik Perdamaian). Memberi
kesempatan pada orang lain untuk mengatur strategi pemecahan masalah,
khususnya apabila isu tersebut penting
bagi orang lain. Hal ini memungkinkan timbulnya kerjasama dengan memberi
kesempatan pada mereka untuk membuat keputusan. Perawat yang menjadi
bagian dalam konflik dapat mengakomodasikan pihak lain dengan menempatkan
kebutuhan pihak lain di tempat yang pertama. Berkompromi/Sharing adalah Satu situasi dimana
masing-masing pihak dalam suatu konflik bersedia melepaskan sesuatu. Masing-masing memberikan
dan menawarkan sesuatu pada waktu yang bersamaan, saling memberi dan menerima,
serta meminimalkan kekurangan semua
pihak yang dapat menguntungkan semua pihak. Berikut ini adalah Tips dalam
melakukan pendekatan situasi konflik, yaitu : Diawali melalui penilaian diri sendiri; Analisa isu-isu seputar konflik; Tinjau kembali dan sesuaikan dengan hasil eksplorasi diri sendiri; Atur dan rencanakan pertemuan antara individu-individu yang
terlibat konflik; Memantau
sudut pandang dari semua individu yang terlibat; Mengembangkan dan menguraikan solusi; Memilih solusi dan
melakukan tindakan; Merencanakan
pelaksanaannya.
Menurut Tips, dalam upaya melakukan pendekatan situasi
konflik langkah awal adalah melakukan penilaian atau mengenali diri sendiri
dengan menggunakan metode D-I-S-C (Dominan, Influence, Steadyness dan
Compliance).
No comments:
Post a Comment