Wednesday 6 March 2013

[EE-IV] - Manajemen Konflik

Dalam kehidupan yang kita jalani konflik akan selalu ada, dikarenakan selalu ada perubahan. Konflik bisa timbul pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain atau lingkungan. Konflik bisa muncul kapan saja baik di rumah tangga atau di dalam pekerjaan. Dalam pelatihan tentang manajemen konflik diharapkan kita dapat memahami apa itu manajemen konflik dan pentingnya mengetahui faktor penyebab konflik dan cara pemecahannya serta bisa mengambil manfaat dengan adanya konflik. Manfaat yang bisa diambil yaitu pendewasaan diri, menambah pengalaman, mendorong untuk mencari solusi atau inovasi untuk perbaikan serta pembelajaran untuk tindakan pencegahan ke depannya.

Manajemen konflik, bahwa yang terpenting bukanlah terjadi atau tidaknya konflik, tapi bagaiman bagaimana konflik tersebut dihadapi dan dikelola untuk dapat diselesaikan. Untuk itu diperlukan pendekatan kooperatif sangat membantu penyelesaian harapan bersama, termasuk dalam penyelesaian konflik atau masalah bersama.

Definisi konflik menurut etimologi adalah kata kerja Latin ”Configere” yang berarti saling memukul. Menurut sosiologis konflik adalah suatu proses sosial sedikitnya antara dua orang atau kelompok, dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Dan menurut psikologis, konflik adalah mekanisme psikologis dasar yang berpusat di sekitar tujuan-tujuan yang saling bertentangan. Dalam kehidupan sehari-hari, konflik merupakan situasi yang terjadi ketika ada perbedaan pendapat, perbedaan persepsi, perbedaan cara mencapai tujuan, perbedaan kepentingan di antara beberapa orang, kelompok atau organisasi. Upaya meredam emosi negatif dengan sikap berani, menerima, mencintai dan damai.

Pendekatan Konflik ada 3 (tiga) pandangan yaitu 1. Pandangan Tradisional pada era 1930 – 1940 bahwa konflik itu negatif dan harus dihindari karena mengakibatkan kekerasan, destruktif dan ketidakrasionalan yang diakibatkan oleh hasil dari disfungsional komunikasi yang buruk, sikap kurang terbuka, sikap kurang percaya, kurang tanggap terhadap kebutuhan dan aspirasi orang lain; 2. Pandangan hubungan antar manusia pada era 1940 – 1970 bahwa semua konflik merupakan hal yang wajar dan tidak terelakkan dalam setiap kelompok namun konflik dapat bermanfaat bagi kinerja kelompok; 3. Pandangan interaksionis bahwa semua konflik adalah baik dan konflik tidak hanya suatu kekuatan positif dalam suatu kelompok, melainkan juga mutlak perlu untuk suatu kelompok agar dapat menampilkan kinerja efektif. Kelompok yang kooperatif, tenang, damai dan serasi cenderung menjadi statis – apatis, dan tidak tanggap terhadap kebutuhan akan perubahan dan inovasi. “Untuk merubah orang lain, maka wajib melakukan perubahan diri sendiri sehingga persepsi bisa dihilangkan”.
Aspek positif dalam konflik adalah membantu setiap orang untuk saling memahami tentang perbedaan pekerjaan dan tanggung jawab mereka, memberikan saluran baru untuk komunikasi, menumbuhkan semangat baru pada staf, memberikan kesempatan untuk menyalurkan emosi, serta menghasilkan distribusi sumber tenaga  yang lebih merata  dalam organisasi. Penyebab terjadinya konflik yaitu batasan pekerjaan yang tidak jelas, hambatan komunikasi, tekanan waktu, perbedaan kepentingan/pendapat, pertikaian antar pribadi, perbedaan status dan Kesenjangan harapan dengan kenyataan. Untuk mencegah konflik, maka setiap insan harus disiplin, berkomunikasi dengan baik dan efektif serta mendengarkan secara aktif. Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam mengelola konflik yaitu konflik itu sendiri, karakteristik orang-orang yang terlibat di dalamnya, keahlian individu yang terlibat dalam penyelesaian konflik, pentingnya isu yang menimbulkan konflik dan ketersediaan waktu dan tenaga

Jenis konflik ada 2 (dua) yaitu konflik fungsional dan konflik disfungsional. Konflik fungsional merupakan konflik yang berdampak positif bagi kinerja kelompok dan mendorong pencapaian sasaran kelompok. Artinya konflik ini justru mampu memicu kedua belah pihak untuk saling memperbaiki diri, dan pada gilirannya mampu meningkatkan kinerjanya. Konflik Disfungsional merupakan konflik yang berdampak negatif bagi kinerja kelompok. Konflik ini mengarah pada pertarungan yang destruktif, dimana masing-masing pihak mencoba dengan segala cara mengalahkan pihak lainnya. Yang akhirnya terjadi, konflik ini tidak menghasilkan penyelesaian yang memuaskan, dan justru membuang-buang waktu, energi dan biaya bagi kedua belah pihak. Akibat konflik fungsional yaitu meningkatkan kekompakan, memunculkan kepemimpinan otokratis, fokus pada aktivitas, menekankan loyalitas, kreativitas anggota meningkat dan belajar menghadapi terjadinya perubahan. Akibat konflik disfungsional yaitu distorsi persepsi, stereotip (persepsi) yang negative dan penurunan komunikasi. Kunci menghadapi konflik adalah sabar, memahami orang lain dan bicara fakta.

Dimensi Konflik Vs Maksud Penanganan
Bersaing adalah suatu hasrat untuk memuaskan kepentingan seseorang, tidak peduli dampaknya terhadap pihak lain pada konflik itu (Win – Lose Orientation). Penggunaan metode ini jika yakin memiliki lebih banyak informasi dan keahlian yang lebih dibanding yang lainnya atau ketika tidak ingin mengkompromikan nilai-nilai anda. Metode ini mungkin bisa memicu konflik yang baru. Berkolaborasi adalah suatu situasi dimana pihak-pihak pada suatu konflik masing-masing sangat berkeinginan untuk memuaskan sepenuhnya kepentingan dari semua pihak. Pemecahan sama-sama   menang  dimana individu yang terlibat mempunyai tujuan kerja yang sama. Perlu adanya satu komitmen dari semua pihak yang terlibat untuk saling mendukung dan  saling memperhatikan satu sama lainnya. Menghindar adalah hasrat untuk menarik diri dari situasi konflik atau menekan suatu konflik, atau mengacuhkan kelompok lain. Menghindari konflik dapat dilakukan jika isu atau masalah yang memicu konflik tidak terlalu penting atau jika potensi konfrontasinya tidak seimbang dengan akibat yang akan ditimbulkannya. Penghindaran merupakan strategi yang memungkinkan pihak-pihak yang berkonfrontasi untuk menenangkan diri. Manajer perawat yang terlibat didalam konflik dapat menepiskan isu dengan mengatakan “Biarlah kedua pihak mengambil waktu untuk memikirkan hal ini dan menentukan tanggal untuk melakukan diskusi”. Mengakomodasi adalah Kesediaan dari satu pihak dalam suatu konflik untuk menaruh kepentingan lawannya di atas kepentingan sendiri (Taktik Perdamaian). Memberi kesempatan pada orang lain untuk mengatur strategi pemecahan masalah, khususnya  apabila isu tersebut penting bagi orang lain. Hal ini memungkinkan timbulnya kerjasama dengan memberi kesempatan  pada mereka untuk  membuat keputusan. Perawat yang menjadi bagian dalam konflik dapat mengakomodasikan pihak lain dengan menempatkan kebutuhan pihak lain di tempat yang pertama. Berkompromi/Sharing adalah Satu situasi dimana masing-masing pihak dalam suatu konflik bersedia melepaskan sesuatu. Masing-masing memberikan dan menawarkan sesuatu pada waktu yang bersamaan, saling memberi dan menerima, serta meminimalkan  kekurangan semua pihak yang dapat menguntungkan semua pihak. Berikut ini adalah Tips dalam melakukan pendekatan situasi konflik, yaitu : Diawali  melalui penilaian diri sendiri; Analisa  isu-isu seputar konflik; Tinjau kembali  dan sesuaikan dengan  hasil eksplorasi diri sendiri; Atur dan rencanakan  pertemuan antara individu-individu yang terlibat konflik; Memantau sudut pandang dari semua individu yang terlibat; Mengembangkan dan  menguraikan solusi; Memilih solusi dan melakukan tindakan; Merencanakan pelaksanaannya.
Menurut Tips, dalam upaya melakukan pendekatan situasi konflik langkah awal adalah melakukan penilaian atau mengenali diri sendiri dengan menggunakan metode D-I-S-C (Dominan, Influence, Steadyness dan Compliance).

No comments:

Post a Comment